Bermainlah Sejenak, Agar Hatimu Tidak Mati
“kamu setelah ini (belajar di sekolah) ngapain aja?” tanya seorang anak pada temannya. “aku setelah ini ada les berhitung sampe sore terus malamnya ada privat di rumah”. dan begitulah sebagian besar rutinitas harian anak ini.
Hari-hari anak ini penuh dengan segudang aktivitas. Harapan orangtuanya karena ingin melihat anak ini menjadi anak yang cerdas dan mampu menjawab pertanyaan akademik yang akan ditanyakan oleh gurunya. Apa dengan cara membuat anak sibuk dengan les atau privat di rumahnya?
Hari ini kasus anak-anak yang padat dengan segudang aktivitas banyak kita temui. Terlebih di kota-kota besar, alasannya pasti sama yaitu agar anak dapat mamahami pelajaran dengan baik. Atau sebagian yang lain hanyalah pelampiasan hasrat orangtua yang menjadikan anak cerdas dan bisa dibanggakan agar tidak menjadi aib untuk keluarganya. Semangat untuk menjadikan anak-anak berkualitas tidak menjadi masalah, bahkan itu harus dimiliki setiap orangtua dan pendidik. Menjadi masalah adalah jika hak bermainnya digunakan untuk segudang aktivitas tanpa memberikan sedikit waktu untuk mereka bermain sendiri atau bersama-sama dengan temannya.
Dalam sebuah penelitian bidang Psikologi dari Boston College kepada HealtyDay yang dikutip oleh situs USA Today. Anak-anak yang kekurangan waktu bermain lebih mungkin mengalami kelelahan, depresi, perasaan tidak berdaya. Saat ini, era dimana orangtua sangat waspada seperti ini, para peneliti menemukan bahwa anak-anak di Amerika, mempunyai lebih sedikit waktu untuk bermain dibandingkan anak-anak 50 tahun silam. Tren ini dikhawatirkan mempunyai dampak yang serius terhadap perkembangan kesehatan dan mental anak-anak. Pada tahun 1950-an, anak-anak bebas bermain sebagai bagian dari kebiasaan baik mereka. Jika kamu hanya tinggal di rumah dan berada di sekitar ibumu, dia akan berkata “keluarlah dan bermainlah”.
Penelitian diatas merupakan gambaran anak-anak Amerika yang tidak diberikan waktu yang cukup dalam bermain. Bermain dengan permainan yang mengolah fisik kita sangat dianjurkan. Tapi harus diingat! berlebihan dalam bermainpun tidak dibenarkan, bahkan harus dicegah jika sudah menjadikan mereka lalai terhadap tugasnya sebagai seorang muslim. Bermain sejenak adalah aktivitas yang tepat untuk anak-anak kita melepaskan penatnya dalam belajar. menyegarkan fikiran setelah berfikir keras di kelas. Menggerakan otot-otot badan setelah berjam-jam belajar dengan penuh adab dalam majelis. Mengatur emosional mereka. Hanya sebentar walau hanya 30 hingga 60 menit saja, Itu sudah cukup.
Para ulama juga memahami urgensi bermain pada anak dan membentuk fisiknya. Imam Ghazali berkata dalam Ihya’ ulumuddin, “Sebaiknya anak diberikan kesempatan untuk bermain setelah mereka selesai belajar di sekolah-sekolah untuk melepaskan kelelahan dan ketegangannya ketika belajar dengan batasan, permainan yang dilakukan tidak melelahkannya. Karena melarang dan mencegah anak dari bermain dan menenggelamkannya terus menerus dalam belajar, akan mematikan hatinya, memandulkan kecerdasannya, dan kehidupan terasa sempit baginya. Hal itu akan menyebabkannya mencari berbagai cara untuk terbebas dari kekangan.”
Karenanya, tidak adanya kesempatan bermain dan olah fisik bagi anak, akan melahirkan beragam perilaku negatif yang tidak terlihat dan terbaca seketika, sehingga akan tampak pada masa yang akan datang, dalam wujud rendah diri atau yang lainnya.
Dan tempat yang alami untuk anak-anak adalah di luar rumah.
Bermainlah sejenak anaku, agar hatimu tidak mati.
Ingat nak, Jangan berlebihan hingga membuatmu lalai! Wallahu’alam