Inspirasi Pendidikan Dibalik Kisah Nabi Sulaiman
Terkadang ketika membaca sebuah kisah, kita dapati hanya penggalan alur cerita yang mengalir menghantarkan peristiwa ke peristiwa berikutnya. Berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang bisa disimpan untuk memperkaya cara pandang kita dalam mengurai berbagai permasalahan. Sedangkan kisah-kisah umat terdahulu yang tercantum dalam Al-Quran sejatinya sarat akan pelajaran untuk bisa kita petik manfaatnya, maka kita perlu sejenak merenunginya.
… فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“…Sampaikanlah kisah-kisah agar mereka berpikir” (QS. Al-A’raf : 176)
Allah telah menurunkan sepertiga dari Al-Quran adalah kisah. Ayat diatas adalah perintah Allah kepada kita untuk mengambil pelajaran dari kisah yang disampaikan. Semakin kita berfikir dan merenungkan kisah-kisah tersebut, maka akan semakin banyak pelajaran dan teladan yang bisa kita ambil. InsyaAllah.
Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan Ratu Saba’ merupakan salah satu kisah yang masyhur ditelinga kita. InsyaAllah, kisah ini akan kita lihat dari sudut Nabi Sulaiman yang notabene adalah Rasul berperan sebagai guru. Ratu Saba’ yang belum beriman menjadi murid dari Nabi Sulaiman.
Ratu Saba’ bernama Balqis binti Syarahbil. Ia adalah keturunan Saba’ yang berada di Yaman. Ratu Bilqis memiliki kekayaan dunia yang biasa dimiliki oleh raja yang berkuasa. Ia memiliki singgasana yang besar, mewah, megah, bertahtakan emas, dan intan berlian. Singgasana tersebut berada dalam istana yang sangat besar, kokoh, tinggi dan megah. Istana tersebut memiliki tiga ratus enam puluh jendela di bagian timur dan tiga ratus enam puluh jendela di bagian barat. Bangunan istana tersebut dibuat sedemikian rupa agar sinar matahari dapat memasukinya setiap hari melalui jendela-jendela tersebut, dan agar dapat dilihat saat terbit dan tenggelamnya pada pagi dan sore hari. Rancangan istana ini dibuat agar ia dapat menyembah matahari pagi dan sore hari. Ia dan rakyatnya berada dalam kekafiran.
Singkat cerita, Ratu Balqis akhirnya berkunjung ke istana Nabi Sulaiman. Momen pertemuan ini tidak disia-siakan oleh Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menjadikan momen pertemuan ini sebagai langkah menanamkan iman kepada Ratu Balqis. Nabi Sulaiman sebagai pemimpin sekaligus guru merancang strategi bagaimana cara menanamkan keimanan kepada Ratu Balqis. Beliau mengumpulkan para pembesar kerajaan dan meminta memindahkan singgasana Ratu Balqis ke dalam kerajaannya. Ketika ratu Balqis datang, Nabi Sulaiman mengajukan pertanyaan yang menggugah. “Apakah seperti ini singgasanamu?” Kemudian Nabi Sulaiman juga menyiapkan istana yang mana lantainya terbuat dari kaca bening dan dibawahnya terdapat kolam ikan. Ratu Balqis yang tidak mengetahui secara spontan mengangkat pakaiannya. Atas izin dari Allah, iman merasuk ke dalam hati Ratu Bilqis, ia berkata: “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Dari ringkasan kisah Nabi Sulaiman di atas, mari kita coba fikirkan ibroh apa yang dapat kita Tarik dalam pembelajaran:
- Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan seorang santri.
Nabi Sulaiman sebagai guru mengumpulkan data-data tentang kondisi Ratu Bilqis. Diketahui bahwa Ratu Balqis adalah penguasa negeri Saba. Ia memiliki istana dan juga singgasana yang megah. Ratu Balqis dan rakyatnya berada dalam kekafiran menyembah matahari. Data-data ini yang kemudian menjadi pertimbangan Nabi Sulaiman dalam membuat strategi dan pendekatan. - Menjadikan momentum sebagai kesempatan dalam menyampaikan Pendidikan.
Momentum Ratu Bilqis berkunjung ke kerajaan Nabi Sulaiman menjadi kesempatan emas yang tidak boleh terlewatkan dalam menanamkan keimanan. Salah satu pembelajaran yang efektif adalah Ketika kita mendapatkan momen. Jadi, pendidikan tidak terbatas dalam ruang-ruang formal (kelas).
Contohnya: Seorang santri berteriak melihat kupu-kupu yang terbang. Kupu-kupu, maka momen ini bisa menjadi kesempatan kita sebagai guru dalam menanamkan keimanan kepada anak. Guru langsung mengaitkan kepada Allah. Masyaallah ya nak, Allah menciptakan kupu-kupu yang begitu indah. Tiada yang mampu mengeluarkan kupu-kupu dari dalam kepompong kecuali Allah. - Mempersiapkan media/alat pembelajaran sesuai kondisi santri
Nabi Sulaiman sebagai guru mempersiapkan dengan matang semua media dan peralatan yang dibutuhkan dalam menanamkan keimanan kepada Ratu Balqis. Nabi Sulaiman menyesuaikan media dan alat pembelajaran sesuai dengan latar dan kondisi Ratu Balqis. Ratu Balqis merupakan penguasa negeri. Ia terbiasa dengan kemewahan dan kemegahan istana. Maka nabi Sulaiman menyiapkan media yang lebih baik dan bagus daripada yang pernah ia lihat. Pertama; singgasana mewah dan megah sebagaimana yang dimiliki oleh Ratu Bilqis. Hal ini, tentu membuat hati Ratu Balqis bergetar karena singgasananya ternyata dimiliki juga oleh orang lain. Kedua; lantai kaca bening yang berisi kolam ikan. Ini adalah sesuatu yang sangat menakjubkan bagi Ratu Balqis. Bahkan ia menyangka bahwa lantai tersebut adalah kolam ikan. Atas izin dari Allah, melihat itu semua keyakinan atas risalah yang disampaikan oleh Nabi Sulaiman sampai kepada akal dan hati Ratu Bilqis. Dalam pembelajaran, fikirkanlah media apa yang paling cocok untuk menanam keimanan dalam hati santri. Sesuaikan media sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan santri - Mengajukan pertanyaan
Salah satu cara menguatkan ilmu masuk kedalam hati santri adlah dengan cara mengajukan pertanyaan. Nabi Sulaiman mengajukan pertanyaan yang singkat, padat dan jelas namun menyentuh akal dan hati Ratu Balqis. “Apakah seperti ini singgasanamu?” Nabi Sulaiman yang belum pernah berkunjung ke negeri Saba’ tentu tidak mengetahui bentuk singgasananya. Namun singgasana yang ada di hadapannya persis dengan singgasana miliknya.
Ajukanlah pertanyaan yang efektif dan mudah dipahami kepada santri. Dan tidak hanya itu, ajukan pertanyaan yang memang sangat penting diajukan, sesuai dengan target pembelajarna yang kita harapkan.
Subhanallah. Dipenghujung pendidikan, Ratu Balqis tertunduk dan pasrah. Ia mengakui dan meyakini kebesaran Allah, “Ya Tuhanku sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Sebuah kebagiaan yang tak terhingga Ketika kita melihat dan menyaksikan anak didik kita tumbuh iman dalam hatinya. Mereka tumbuh dan membuat kagum para penanamnya.
Wahai para guru, bagaimana dengan pengajaran yang telah kita lakukan?
Sudah sejauh mana kita memperkenalkan Allah kepada mereka sehingga muncul iman dalam hati mereka? Wallahua’lam bish shawab