Kebahagiaan di Awal Tahun Ajaran
Setelah kurang lebih dua pekan kami tidak berjumpa dalam ruang virtual, pagi ini untuk pertama kalinya di tahun ajaran baru saya kembali berkumpul duduk bersama dengan para santri dengan situasi yang sama. Masih dalam ruang-ruang virtual kegiatan kami dilaksanakan. Masih dengan segala keterbatasan yang tidak mungkin dapat menggantikan indahnya perjumpaan dalam majelis ilmu. Namun pagi ini ada kebahagiaan yang bisa saya rasakan. Kebahagiaan yang memelihara optimisme kita akan lahirnya generasi yang didambakan.
Kami memulainya dengan kegiatan MOKA (Masa Orientasi Kuttab Al-Fatih). Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh santri baru, namun semua santri yang ada di KAF Ceger. Selama sepekan kurang lebih kegiatan ini dilaksanakan untuk menggemburkan kembali ruh para santri untuk siap menerima ilmu.
Dari rumahnya masing-masing santri mengikuti kegiatan ini melalui media yang terhubung dengan jaringan internet. Tentu pengawasan guru terhadap santri sangatlah terbatas. Sangat mudah bagi para santri untuk bergerak kemanapun yang dia inginkan, atau melakukan hal yang lain yang disukainya tanpa harus menyimak kegiatan tersebut. Di sinilah adab para santri diuji. Bagaimana mereka bisa menyimak materi dengan baik meskipun tidak berada di dekat gurunya.
Seorang Guru tampil memberikan nasehat kepada para santri. Santri diminta untuk menyimak nasehat tersebut dengan baik. Duduk, diam, dan mendengarkan. Dalam heningnya ruang virtual majelis itu tiba-tiba ada santri yang bersuara
“Maaf Ustadz”
“Iya, silahkan Nak”, Sang Guru mempersilahkan santri tersebut untuk berbicara
“Ustadz, saya izin mau ambil minum”
Masya Allah, dunia seakan berhenti sejenak. Bagi saya ini luar biasa. Bisa saja santri tersebut langsung mengambil minum tanpa harus izin, atau sangat memungkinkan untuk menutup kamera ponsel yang digunakan dan melakukan apa yang diinginkan tanpa diketahui gurunya.
Ada yang terbersit dalam hati ini, di tengah krisis moral yang terjadi di negeri ini, ada sebagian anak-anak di belahan Jakarta bagian timur sedang belajar mengamalkan adab terhadap gurunya, agar mendapatkan keberkahan ilmu. Kelihatannya sepele ya, justru hal ini yang membuat Islam kuat.