Liburan, Moment Ayah Bunda Membangun Kedekatan dengan Ananda
Pembagian rapor menjadi pertanda bahwa liburan panjang para santri akan segera tiba. Liburan adalah masa dimana para santri tidak berangkat ke Kuttab sebagaimana hari-hari biasanya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama ayah bunda dan keluarga. Maka ini sejatinya adalah peluang berharga untuk ayah bunda dalam mengawal misi pendidikan bagi ananda yakni hadir dalam setiap proses tahapan pendidikan mereka.
Sejenak mari kita renungkan kalimat Abu Hamid Al-Ghazali tentang pentingnya kita memberi kesempatan anak-anak kita untuk bermain. “Setelah anak sekolah, seorang anak harus diizinkan bermain dengan permainan yang baik sebagai penyegaran setelah lelah belajar. Melarang seorang anak bermain dan memaksanya untuk terus belajar dapat mematikan hati, merendahkan kecerdasan dan menyebabkan kehidupannya terasa sempit, sehingga dia akan mencari cara untuk bisa lepas dari itu semua walau dengan tipu daya.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin)
Nampaknya perlu kita beri kesempatan untuk anak-anak kita menempuh berbagai aktivitas di luar kegiatan belajar seperti biasanya. Ayah bunda dapat membangun kedekatan dengan ananda melalui berbagai aktivitas penyegaran yang dibalut dengan dialog iman. Misalnya ayah bunda mengajak ananda bercocok tanam di rumah. Jangan takut tangan dan baju mereka kotor oleh tanah. Ajarkan mereka agar tidak jijik pada cacing. Ajarkan agar mereka mencintai dan merawat tanaman-tanaman itu sepenuh hati. Sembari tak henti lisan ayah bunda mengajak mereka berdiskusi untuk menancapkan iman agar kokoh terpatri.
“Lihatlah daun ini Nak, warnanya ungu, padahal biasanya hijau. Siapa yang memberi warna pada daun ini? Betapa hebatnya Sang Pencipta. Warna ungu ini asli, tidak luntur dan bukan dicat oleh manusia.”
Ayah bunda juga dapat mengajak ananda berjalan-jalan ke pantai, sawah, ladang, kebun, sungai, gunung dan jalanan yang banyak terdapat pepohonan serta pemandangan yang indah.
Ketika naik gunung, biarkan mereka mandiri dalam menapak. Jangan takut mereka jatuh kala di awal telah ayah bunda sampaikan petunjuk sebagai bekal. Kalaupun jatuh, ajak mereka segera bangkit kembali. Bersiap menapak dengan lebih berhati-hati. Dialog iman jangan lupa selalu mengiringi. “Lihatlah gunung ini Nak, kokoh sekali, apa tujuan Allah menciptakan gunung ini? Ingatkah engkau dalam surat apa Allah menerangkannya? Dan gunung-gunung sebagai pasak..”
Ajak mereka menggali hikmah dari seorang yang mendaki gunung. Bahwa untuk mencapai puncak tujuan, seseorang tidak akan banyak membawa beban. Mereka akan menyedikitkan barang bawaan, agar langkahnya terasa ringan. Maka begitulah seseorang yang akan menapaki puncak ketaatan, ia tidak akan memberatkan hisabnya dengan menumpuk materi dunia, melainkan ia infakkan agar semakin ringan. Jalan yang ditempuh pun semakin menanjak naik, tentu akan semakin terjal, namun semakin kecil dunia dalam pandangan. Hingga tiba di puncak, betapa kelezatan dan kepuasan menghapus segala lelah selama perjalanan.
Begitulah sejatinya manusia yang berjuang meniti keimanan dalam kehidupan. Semakin belajar, semakin naik keimanannya maka akan semakin terjal jalan yang harus dilaluinya. Namun, nafsu terhadap dunia semakin mengecil dalam dirinya. Hingga tiba di puncak surga, semua kenikmatannya akan menghapus segala lelah di dunia.
Begitupun jika ananda jalan-jalan ke pantai atau sungai, jangan takut baju ananda basah. Biarkan mereka menikmati air yang menyegarkan. Cukup kita pastikan mereka bermain dengan aman. Tentu, bukan dengan meninggalkan mereka sendirian. Melainkan ayah bunda harus berperan dalam tiap aktivitas yang ananda lakukan. Bermain air, mengajari mereka berenang atau sekadar membangun istana pasir di tepinya. Sembari mengajak mereka mensyukuri nikmat air yang Allah sediakan untuk seluruh makhluk-Nya. Bukankah tidak hanya manusia yang membutuhkannya.
Begitulah, kemanapun ayah bunda mengajak ananda, aktivitas apapun yang ayah bunda lakukan bersama ananda, ingatlah bahwa setiap moment adalah kesempatan kita menanamkan iman dalam jiwa mereka. Lagi-lagi, dengan mengajak mereka berdiskusi aktif. Ayah bundapun harus kreatif memancing dengan pertanyaan dan mengarahkan tujuan pembicaraan untuk membangun iman. Mari terus mengasah kemampuan berdialog dengan mereka. Dialog yang tidak membuat bosan. Dialog yang berbobot keimanan namun dikemas dalam kalimat sederhana nan ringan.
Jangan pernah jenuh mengajak ananda bertutur tentang penciptaan, kebesaran dan tujuan kehidupan hingga apapun yang mereka lihat, mereka temui, mereka lakukan, ujungnya adalah iman.
Ajaklah ananda melafadzkan do’a setiap kali melihat keindahan ciptaan-Nya, Do’a yang Allah ajarkan dalam surat Ali Imron ayat 191, “Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baatilaa, subhaanaka faqinaa ‘adzaa bannaar, Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.”
Upayakan, setiap melihat apapun ciptaanNya, bertambah keimanan mereka kepada Rabbnya. Bertambah rasa takut akan siksa api neraka-Nya. Hingga setelah liburan, ananda bersemangat kembali dalam ketaatan. Hingga liburanpun, puncaknya adalah iman.
Ajaklah ananda mengunjungi rumah kakek neneknya, paman bibinya atau seluruh kerabatnya. Jangan sampai mereka tidak dekat dengan kakek neneknya, tidak hafal paman bibinya atau tidak kenal dengan sepupu dan keponakannya. Maka liburan juga menjadi kesempatan melekatkan hubungan silaturahim keluarga dan saling mengajak pada ketaatan.
Jikalaupun tidak bepergian, ayah bunda tetap dapat mengajak ananda melakukan penyegaran. Nasehat dari salah seorang ulama, bisa menjadi inspirasi rujukan dalam mengisi liburan. Yakni mengajak ananda mengerjakan tugas apapun yang ayah bunda lakukan.
Ajaklah ananda mengerjakan tugas apa pun yang ayah bunda lakukan, berbagai pekerjaan rumah tangga, berbelanja, menyapu, mengganti oli kendaraan, mencuci baju, memasak dan menambal pakaian. Biarkan ananda melihat kehidupan, jangan biarkan ananda di antara dinding dan gadget yang melalaikan. Jangan biarkan ananda mengurung diri di kamarnya. Ajaklah ananda bersosialisasi dengan kerabat atau tetangga.
Bersamai hari-hari ananda. Letakkan gadget kita sepanjang menemani mereka. Kehadirannya bersama ayah bunda adalah kesempatan emas untuk berdialog, berdiskusi dan membuat kenangan yang akan ananda ingat sepanjang masa.
Jangan sebaliknya, ayah bunda membuat ananda ketika dewasa, tak ingat ayah bundanya karena kesibukannya. Akhirnya, mari ayah bunda manfaatkan liburan ini sebaik-baiknya. Mari membersamai ananda. Bangun kedekatan dengan mereka. Tumbuhkan iman dalam jiwa mereka. Mari rencanakan dari sekarang, aktivitas apa dan dialog iman apa yang akan kita hadirkan?