لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keamanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (at taubah : 128)
Berulang kali Allah memuji dan menyuruh manusia untuk meneladani Rasullullah ﷺ dalam semua dimensi kehidupan. Artinya, Allah telah memberikan garansi dan jaminan bahwa Nabi Muhammad ﷺ sangat layak dan yang paling berhak untuk ditiru. Kalau jaminan itu datang dari Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana maka sudah selayaknya kita patuh dan mengikutiNya. Kalau Allah subhanahu sudah menjamin maka pantaskah kita masih berpaling dan mencari yang lain?
Rasulullah ﷺ berjuang dan begitu perhatian pada umatnya. Beliau sangat memperhatikan dunia dan akhirat kita. Lantas masihkah dianggap normal orang yang mengidolakan artis, pemain sepakbola dll yang jelas-jelas tidak memperhatikan akhirat kita? Bingkai semu dunia yang menjadikan kemasyhuran sebagai parameter telah menjadikan kita buta. Kita buta siapakah panutan kita, kita tuli dengan bisikan kebenaran. Diinjak-injaknya kebenaran, sebaliknya dijunjung setinggi langit orang yang menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. Apakah kau masih tak peduli dengan kesesatan ini.
Masihkah kau puji bak nabi mereka yang merusak akhlak dan pribadi?
Masihkah kau bangga dengan mengidolakan mereka yang jelas-jelas tak tahu norma?
Akan kah kau biarkan anak-anakmu dalam lamunan palsu, idola semu yang tak tahu malu merusak agamamu?
Renungan bagi orang tua dan guru!
Ketika anak-anak kita begitu mengidolakan tokoh-tokoh non muslim, maka tanyakan pada hatimu, apakah kau rela anak-anakmu berkumpul bersama mereka yang kafir itu di neraka. Sudah jelas tertulis dalam al-qur’an bahwa tiada tempat bagi orang kafir di akhirat kecuali di neraka, apapun posisi dan kedudukannya di didunia. Seberapa terkenalnya orang kafir di dunia, tempatnya di akhirat adalah neraka. Jabatan, Posisi, Harta dan kemasyhuran tidak akan mengurangi tempat orang kafir di neraka. Lantas akan kah kau biarkan anakmu mengekor pada orang kafir, hingga terus tercebur dalam kesesatan kemudian masuk ke dalam neraka. Selamatkanlah anak-anakmu. Jangan sampai mereka kelak yang akan menyeretmu ke dalam neraka.
Mari kita lihat Rasulullah ﷺ. Bagaimana beliau begitu perhatian terhadap kita, umatnya. Hingga diabadikan dalam al-qur’an. Dari beliau lah kita akan belajar bagaimana cara mengajar dan mendidik yang benar. Mari kita kupas satu persatu.
- ABOT ATAU BERAT HATI TERHADAP ANAK DIDIK.
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ
berat terasa olehnya penderitaan kalian. (At-Taubah: 128)
Yakni terasa berat olehnya sesuatu yang membuat umatnya menderita karenanya. Masih ingatkah kau kala Rasulullah menahan sakitnya saat sakaratul maut. Begitu sakitnya beliau menahan sakaratul maut hingga Rasulullah berkata Ya Allah beginikah sakitnya sakaratul maut, kalau demikian maka limpahkanlah semua rasa sakit umatku kepadaku.
Masih ingatkah kala menjelang detik-detik kepergian Rasulullah ﷺ masih mempertanyakan bagaimana nasib dan kedudukan umatnya nanti di akhirat kepada Allah. Bahkan di saat nyawa beliau diambil, beliau masih tetap memberikan wasiat bagi umatnya dengan suara yang lirih nan lemah. Ketika nyawa sudah hampir keluar beliau berkata umati.. Umati..(umatku.. Umatku..) Begitu sayangnya rasullah pada kita. Walaupun beliau tidak pernah melihat kita. Seandainya Rasulullah ﷺ hidup hari ini, apa yang akan kita katakan kepada beliau?
Inilah sifat Rasulullah ﷺ yang bisa kita tauladani. Sebagai seorang guru, pengajar dai dan orang tua, maka sikap kita hendaklah menaruh perhatian penuh kepada anak-anak kita. Mengajar bukan sekedar menyampaikan ilmu, tetapi harus ada pertautan hati dan tauhid. Inilah jembatan keikhlasan dalam perjuangan yang bisa mengantarkan anak didik menuju pintu kesuksesan di dunia dan akhirat.
Tanpa ada ikatan tauhid dan ikatan hati, ilmu tidak akan pernah singgah dihati, apalagi merubah pribadi. Ia hanya masuk telinga kanan keluar ke telinga kiri. Maka benarlah nasehat, Apa yang keluar dari hati maka akan bisa menyentuh hati, sebaliknya apa yang keluar dari lisan hanya akan sampai di lisan, dan tidak akan pernah bisa merubah insan.
Nasehat bagi para guru dan orang tua. Tirulah sang nabi! Hingga akhir hidupnya masih memikirkan umat. Inilah guru tauladan, yang selalu memikirkan anak didiknya hingga detik akhir hayatnya.
- GURU ATAU ORANG TUA ADALAH BENTENG BAGI ANAK.
Orang tua atau guru adalah Benteng bagi anak didiknya, yang menghadang setiap bentuk kemungkaran.
حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ}
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian. (At-Taubah: 128)
Seorang guru harus mau menyelamatkan akidah anaknya. Guru bukanlah robot yang cuma mengajar kemudian tanpa mau memperdulikan anak didiknya. Ruh dan jiwa guru itu lebih penting daripada kurikulum. Adapun ruh guru adalah keikhlasan. Kami tidak mengatakan kurikulum itu tidak penting, tapi sebaik apapun kurikulum kalau ditangan orang yang tidak tepat maka hasilnya tidak akan tepat.
Mari kita menyimak hadis nabi agar kita mengetahui betapa nabi sangat memperhatikan dan membentengi kita dari siksa neraka.
وقال الإمام أحمد: حدثنا [أبو] فَطَن، حدثنا السعودي، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَبْدَةَ النَّهدي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إن اللَّهَ لَمْ يُحَرِّمْ حُرمة إِلَّا وَقَدْ عَلِمَ أَنَّهُ سَيَطَّلِعُهَا مِنْكُمْ مُطَّلَع، أَلَا وَإِنِّي آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ أَنْ تَهَافَتُوا فِي النَّارِ، كَتَهَافُتِ الْفِرَاشِ، أَوِ الذُّبَابِ”.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qatn, telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, dari Al-Hasan ibnu Sa’d, dari Abdah Al-Huzali, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak sekali-kali mengharamkan sesuatu melainkan Dia telah mengetahui bahwa kelak akan ada dari kalian yang melanggarnya. Ingatlah, sesungguhnya akulah yang menghalang-halangi kalian agar jangan sampai kalian berhamburan terjun ke neraka sebagaimana berhamburannya laron atau lalat.
Wahai orang tua, relakah anak-anak anda didik oleh mereka yang tidak memperdulikan akhirat? relakah anak-anak anda diajar oleh mereka yang tidak memperdulikan surga dan neraka? Sudikah anak anda dididi oleh mereka yang tidak melihat halal haram? Lantas apakah darinya engkau akan berharap anak anda menjadi Soleh.
Wahai para guru! Anda adalah Benteng bagi anak-anak anda. Selangkah anda salah jalan, seribu langkah anak-anak di belakang anda akan tersesat. Salah sedikit anda dihadapan anak-anak, ratusan abad kesalahan itu akan terus mengalirkan dosa kepada anda. Diamnya anda terhadap kesalahan anak-anak, itu sama dengan kau izinkan mereka dalam kesalahan dan kemungkaran.
Jangan biarkan anak-anak mengenal apalagi hidup dalam kemungkinan, karena pohon kecil yang bengkok masih bisa diluruskan, sebaliknya pohon yang besar engkau tidak akan pernah bisa meluruskannya. Selagi masih bisa diasah dan diasuh maka perbaikilah.
Engkaulah Benteng kokoh yang menghalangi kemungkaran, kaulah teladan kebaikan dalam setiap detik kehidupan.
3 BERKASIH SAYANG DENGAN SESAMA MUKMIN.
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah: 128)
Penyebutan mukmin di depan mengindikasikan penekanan bahwa kasih sayang itu ikatannya adalah karena keimanan. Sebagaimana disebutkan dalam ayat lainnya.
{وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ. وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ}
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu. maka katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian kerjakan.” Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu’ara: 215-217)
Sikap inilah yang seharusnya kita tanamkan pada diri kita dan anak didik kita bahwa kita adalah bersaudara, ikatan persaudaraan itu adalah iman, bukan suku, golongan dll. Kenalkan kepada anak siapa saudara kita seakidah, agar mereka bisa saling menghormati, saling bergandengan tangan berjalan meraih Ridho Allah subhanahu wa ta’ala.
Kasih sayang ini pulalah yang harus kita tularkan. Karena tidak kita jumpai penduduk surga, kecuali mereka semuanya bersikap Kasih sayang sesamanya semasa di dunia. Dan tidak kita temukan ahli neraka kecuali mereka adalah orang yang kasar dan kejam.
Didiklah mereka dengan Kasih sayang agar mereka bisa menebarkan Kasih sayang ketika dewasa.
RENUNGAN DAN PEMBELAJARAN
- Sebagai orang tua atau guru hendaknya mempunyai sikap abot (bahasa Jawa) atau mempunyai perhatian penuh terhadap anak didik.
- Sentuhlah pendidikan itu dengan hati, jangan dengan ilmu semata. Mereka yang dididik dengan Kasih sayang akan menularkan Kasih sayang pula. Sebaliknya mereka yang dididik dengan kekerasan akan menularkan kekerasan pula.
- Orang tua atau guru adalah Benteng tangguh bagi anak-anak. Benteng yang melindungi mereka dari kemungkaran.
- Orang tua atau guru bertugas untuk menunjukkan dan membimbing anak-anak agar selamat di dunia dan akhirat. Tanggung jawab mengajar tidak sekedar perkara dunia. Ia adalah tugas besar membimbing manusia. Ditangannya manusia akan hidup dalam naungan hidayah atau sebaliknya.
- Bersyukurlah wahai guru, anda mewarisi tugas mulia, mencetak generasi muslim nan unggul. Itulah tugas para nabi yang diteruskan oleh para ulama. Sekarang tugas itu ada ditangan anda. Mohonlah Allah agar senantiasa diberi petunjuk memikul amanah besar ini.
Ya Allah Bimbing Kami
#2kurikulum
#imansebelumquran
#adabsebelumilmu