Mutiara Iman dari Bilik-Bilik Keterbatasan
Alhamdulillaah matahari hari ini bersinar dengan sangat cerah, secerah semangat santri Kuttab Al-Fatih Jakarta Timur untuk berangkat belajar Adab, Iman dan Al Qur’an ke lokasi belajarnya masing-masing. Ya, sudah sekian lama pembelajaran berlangsung di ruang-ruang virtual. Hingga akhirnya ada kesempatan untuk kembali membersamai para santri secara langsung meski masih dalam pembatasan. Qodarullaah Wamaa Syaa-a Fa’al, tak ada kata surut langkah bagi orang-orang beriman, meski pandemi semangat kami tetap meninggi. Ya Rabb… kami rindu majelis Al Qur’an kami, kami rindu majelis iman kami.
Ditengah heningnya santri Ketika menyimak penjelasan ustadzah tentang tafsir QS. Al Infithar : 19 dalam halaqoh iman. Disampaikan tentang keadaan manusia kelak di Padang Mahsyar. Kelak di Padang Mahsyar anggota keluarga yang saling mengenal tidak bisa menolong satu sama lain,
semua orang akan disibukkan dengan urusannya masing-masing. Ada manusia paling mulia yang sangat gelisah meminta izin kepada Rabb-Nya untuk memberikan pertolongan kepada umatnya, meninggalkan mimbar yang telah disediakan untuknya, perjuangan yang menegangkan, bersujud
panjang, hingga menanti di telaganya, tapi tidak semua orang beruntung karena ada orang-orang yang di halau dari telaganya…
Dengan wajah polosnya seorang santri mengangkat tangannya, “Ustadzah! Dengan suara merendah “Aku mau di sambut sama Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasalam, Ustadzah… aku ngga mau di usir sama Rasulullah.”
Ustadzah : “Semoga kita menjadi bagian yang Allah izinkan mendapatkan syafa’at dari Nabi kita ya, tugas kita sekarang adalah menaati perintah Allah ittiba’ Rasul dan memperbanyak sholawat kepada nabi kita, karena orang-orang yang terhalau dari telaganya tersebab melencengnya sikap
dari perintah Allah dan tuntunan Rasul-Nya.
Santri : “”Ustadzah” (Santri lain menimpali). Tapi, bagaimana Rasulullah mengenali kita, bukankah kata Ustadzah, kelak di Akhirat semua manusia akan dikumpulkan dari manusia pertama hingga manusia terakhir yang Allah ciptakan?”
Ustadzah :”MasyaAllah, bagaimana pendapatmu jika ada segerombolan kuda hitam dan dalam kumpulan itu terdapat kuda yang memiliki ghurrah (warna putih cerah di dahinya) dan muhajjal (berkaki putih), bukankah kita dapat mengenalinya?
Santri :”langsung terlihat, ustadzah”
Ustadzah : “Seperti itulah nanti orang-orang beriman, mereka akan berbeda, memiliki cahaya dari
bekas wudhu dan sholat-sholat mereka”
hingga sampai di akhir pembahasan, kami memurojaah kembali tentang 7 golongan yang akan mendapatkan kelak di Padang Mahsyar.
عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله عليه السلام قال: سبعةٌ يُظِلُّهم اللهُ في ظلِّه يومَ لا ظلَّ إلَّا ظلُّه: إمامٌ عادلٌ وشابٌّ نشَأ في عبادةِ اللهِ تعالى ورجلٌ ذكَر اللهَ خاليًا ففاضت عيناه ورجلٌ ـ كان ـ قلبُه معلَّقٌ في المسجدِ ورجُلانِ تحابَّا في اللهِ: اجتمَعا عليه وتفرَّقا ورجلٌ دعتْه امرأةٌ ذاتُ منصبٍ وجمالٍ إلى نفسِها فقال: إنِّي أخافُ اللهَ ورجلٌ تصدَّق بصدقةٍ فأخفاها حتَّى لا تعلَمَ شِمالُه ما تُنفِقُ يمينُه
Abu Hurairah mengatakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan Allah lindungi pada hari kiamat, di hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya. Imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam peribadatan kepada Allah ‘azza wajalla, seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dalam keheningan kemudian meneteskan air mata, seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang mencintai karena Allah ‘azza wajalla.” “Seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita cantik untuk berzina lalu ia berkata sesungguhnya aku takut kepada Allah ‘azza wajalla’, dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya.”
(HR An-Nasa’i dan Ibnu Hibban).
Allahu Akbar, Ya Allah Nak, Anggun Sikapmu, Cermin dari Imanmu, di usia 7 tahun kalian sudah memikirkan kehidupan kelak setelah kematian, apa yang difikirkan ustadzah saat ustadzah seusia kalian.
Semoga Allah Jaga fitrah iman, Allah tumbuh suburkan iman-iman kalian, hingga pada waktunya kelak Allah kumpulkan kalian di Surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi, di kumpulkan di usia sebaya saling duduk-duduk di atas dipan-dipan bertelekan bantal-bantal saling berbincang – bincang mengingat dulu ketika di dunia.
Uhibbukum fillaah Nak, Ustadzah menyayangi kalian karena-Nya.