Tradisi Kedermawanan Para Sultan di Aceh
Oleh: Tgk. Baidhawi Razi, Lc.
Penanggungjawab Syari’ah KAF Aceh
Setiap daerah memiliki tradisi yang baik. Di antara kebiasaan baik para sultan di Aceh adalah berbagi kebahagiaan kepada rakyat, khususnya kaum fakir miskin dan orang-orang yang sudah tidak bisa lagi bekerja.
Tradisi itu dikenal dengan istilah Meugang atau Makmeugang, yaitu sebuah tradisi memakan daging, khususnya daging sapi sebelum Ramadhan dan sebelum Idul Fitri begitu juga sebelum Idul Adha.
Berdasarkan maklumat di dalam Qanun Meukuta Alam, sebagaimana yang dinukil di dalam kitab Syarah Tazkirah Thabaqat karya Tengku Di Mulek tahun 1270 Hijriyah bahwa ada pasal di dalam Qanun tersebut yaitu:
Kurnia Raja Pada Hari Makmeugang
“Maka hendaklah Geuchik-Geuchik (kepala desa) dan wakil dan Imam Meunasah serta Tuha Peut untuk menilik dan memeriksa berapa banyak orang fakir miskin dan Inong balee (janda) dan yatim piatu dan yang sakit lasa (lumpuh) dan buta.”
Setelah semua terdata dengan baik, maka jalurnya adalah perangkat desa melaporkan kepada Qadhi, Qadhi menyampaikan hal tersebut kepada Qadhi Muazzam (Al-Mu-addham) dan diteruskan datanya kepada Mufti, setelah selesai disetujui oleh Mufti, kemudian sultan memberikan sejumlah harta yang kategorinya sebagai berikut:
- Seemas daging
- Wang lima Emas
- Kain 6 hasta
Sungguh, ini adalah kebaikan sultan jika dikawal oleh para ahli ilmu, sehingga hari Meugang yang biasanya jatuh satu atau dua hari menjelang Ramadhan dan dua hari besar umat Islam disambut dengan sukacita oleh rakyat Aceh.
Setidaknya ada tiga pesan besar dari tradisi Meugang di Aceh:
- Para sultan yang punya kekuasaan dan harta, jika disentuh dengan ilmu akan semakin cemerlang karya kebaikannya. Dan orang yang paling banyak mendulang keberkahan ini adalah para ahli ilmu yang mengarahkan para sultan untuk mengucurkan hartanya untuk kebaikan umat.
- Memakan daging sebelum Ramadhan adalah satu persiapan untuk memberikan asupan gizi yang baik sebelum memasuki bulan penuh keberkahan. Kaum muslimin harus berjuang di bulan ini untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kepada Allah, maka daging yang merupakan penghulu lauk-pauk (sayyidul idam) menjadi andalan dalam tradisi Meugang.
- Daging yang dibagikan sebelum Ramadhan itu jumlahnya lumayan banyak untuk menjadi bekal makanan berbuka puasa dan sahur, sehingga sebagian rakyat Aceh mengawetkan makanan selama berhari-hari dengan berbagai macam cara. Masyarakat Aceh Besar misalnya, biasa membuat Sie Reuboh untuk mengawetkan makanan bahkan sampai satu bulan penuh. Bukan hanya daging yang direbus sebagaimana namanya, namun ada campuran beberapa rempah dan cuka enau untuk mempertahankan kenikmatan rasanya. Sehingga kaum muslimin tidak sibuk dengan mempersiapkan makanan menjelang berbuka puasa dan sahur, waktunya banyak untuk bermunajat dan mendekat kepada Allah, Maha Pencipta alam semesta ini.
Begitulah sultan dan rakyat yang disentuh dengan ilmu, ia akan menjadi masyarakat yang bercahaya di bawah bimbingan para ulama yang rabbani.
Seharusnya seperti itulah para penguasa bersikap di hadapan ulama, jika suatu negeri mau menjadi makmur dan masyarakat dicintai serta diampuni Allah (baldatun thayyibah wa rabbun ghafur).
@catatanbaidhawirazi