Ujian Selesai, Tugas Kita Selesai ?
Pekan Ujian telah berlalu. Sepertihalnya sekolah pada umumnya disetiap akhir semester kuttab juga mengadakan ujian. Agak sedikit berbeda, dalam situasi pandemi ini ujian dilaksanakan dengan dua cara, baik itu tatap muka langsung (dengan penyesuaian prokes) dan juga secara daring. Tidak tampak raut wajah murung ataupun tegang dari wajah-wajah belia santri kuttab awal saat ujian. Mereka datang dengan semangat untuk mengerjakan soal ujian tulis dan juga antusias saat menjawab pertanyaan dari para Ustadz dan Ustadzah pada ujian lisan yang dilaksanakan secara daring.
Ujian yang dilaksanakan di kuttab adalah sebagai bentuk evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan oleh guru kepada santri. Hasilnya guru akan memiliki gambaran tentang perkembangan pemahaman yang ada pada santri. Hal ini juga yang dilakukan Rasulullah kepada para sahabat. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Muslim mengisahkan bahwa Rasulullah menguji sahabat Ubay bin Ka’ab Radhiallahuanhu dengan pertanyaan tentang sebagian ilmu dan ketika sahabat tersebut menjawab dengan benar Rasulullah menepuk dadanya dan mendoakannya kebaikan. Hal ini juga pernah terjadi kepada sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiallahuanhu ketika diuji dengan pertanyaan dari Rasulullah yang dikisahkan dalam hadist riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibn Sa’ad dan Al-Qadhi Waki’. Rasulullah juga menepuk dada sahabat Mu’adz ketika menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar. Dua peristiwa ini dipotret dalam kitab Arrasul Al Mu’allim karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah sebagai satu metode yang bisa diterapkan oleh guru dalam rangka menguji sejauh mana murid memahami apa yang telah diajarkan. Tentu ada harapan ketika santri sudah memiliki pemahaman yang baik maka tangga berikutnya adalah santri mampu menerapkan apa yang sudah dipahaminya dalam bentuk perbuatan.
Maka ujian yang diadakan bukanlah sekedar agenda wajib yang harus dilaksanakan setiap akhir semester, bukan juga sekedar agenda untuk memunculkan nilai diatas kertas, namun ujian ini adalah bentuk tanggungjawab seorang guru untuk mengetahui seberapa jauh ilmu itu tersampaikan. Karena dengan tesampaikannya ilmu inilah risalah terus berlanjut dan keberkahan akan mengalir.
Tentu tugas kita sebagai guru dan orangtua tidak hanya berhenti setelah ujian. Santri yang sudah faham tentang adanya kasih sayang Allah dibalik hujan yang diturunkan, gunung yang kokoh ditegakkan, matahari yang sinarnya terang dipancarkan harus kita rawat agar pemahaman itu terus tumbuh dan berbuah menjadi rasa syukur yang mendalam kepada Rabb nya. Lalu dengan apa kita bisa merawat rasa ini ? Jawabannya kembali kepada sejauh mana rasa syukur kita kepada Allah, karena apa yang ada dalam hati kita itulah yang akan dirasakan oleh putra-putri kita. Semoga Allah berikan taufiq kepada kita agar senantiasa mampu mengemban amanah ini.
Jadi tugas kita belum selesai. Bersabarlah, karena mendidik generasi perlu kesabaran yang indah.